etanasia


BAB I
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Eutanasia 
Secara  bahasa,  istilah  eutanasia  berasal  dari  bahasa  Yunani  ‘eu’  yang artinya  baik  dan  ‘thanatos’  yang  berarti  kematian,  sehingga  istilah  eutanasia secara singkat dapat diartikan sebagai ‘kematian yang baik’.  Menurut  kamus  besar  bahasa  Indonesia,  eutanasia  berarti  tindakan mengakhiri dengan sengaja kehidupan makhluk (orang ataupun hewan piaraan) yg sakit  berat  atau  luka  parah  dengan  kematian  yg  tenang  dan  mudah  atas  dasar perikemanusiaan.  Sedangkan  Wikipedia  menyebutkan  bahwa  eutanasia  berarti praktek  pencabutan  kehidupan  manusia  atau  hewan  melalui  cara  yang  dianggap tidak  menimbulkan  rasa  sakit  atau  menimbulkan  rasa  sakit  yang  minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan.
Menurut  pengertian  ini,  kita  dapat  membagi  eutanasia  menjadi  3  jenis utama, ketiga jenis tersebut yaitu:
a.  Eutanasia  agresif :  atau  suatu  tindakan  eutanasia  aktif  yaitu  suatu  tindakan secara  sengaja  yang  dilakukan  oleh  dokter  atau  tenaga  kesehatan  lain  untuk mempersingkat  atau  mengakhiri  hidup  sang  pasien.  Misalnya  dengan memberikan  obat-obatan  yang  mematikan  seperti  pemberian  tablet  sianida atau  menyuntikkan  zat-zat  yang  mematikan  ke  dalam  tubuh  pasien.  Baik dengan alasan maupun tanpa alasan tertentu.
b.  Eutanasia  non  agresif :  atau  kadang  juga  disebut  autoeutanasia  (eutanasia otomatis)  termasuk  kategori  eutanasia  negatif  yaitu  dimana  seorang  pasien menolak secara tegas dan dengan sadar untuk menerima perawatan medis dan sang  pasien  mengetahui  bahwa  penolakannya  tersebut  akan  memperpendek atau  mengakhiri  hidupnya.  Dengan  penolakan  tersebut  ia  membuat  sebuah
"codicil"  (pernyataan  tertulis  tangan).  Auto-eutanasia  pada  dasarnya  adalah suatu praktek eutanasia pasif  yang dilakukan atas permintaan sang pasien itu sendiri.
c.  Eutanasia  pasif :  juga  bisa  dikategorikan  sebagai  tindakan  eutanasia  negatif yang  tidak  menggunakan  alat-alat  atau  langkah-langkah  aktif  untuk mengakhiri  kehidupan  si  sakit.  Tindakan  pada  eutanasia  pasif  ini  adalah dengan  secara  sengaja  tidak  (lagi)  memberikan  bantuan  medis  yang  dapat memperpanjang  hidup  pasien.  Misalnya  tidak  memberikan  bantuan  oksigen bagi  pasien  yang  mengalami  kesulitan  dalam  pernapasan  atau  tidak memberikan  antibiotika  kepada  penderita  pneumonia  berat  ataupun meniadakan  tindakan  operasi  yang  seharusnya  dilakukan  guna memperpanjang  hidup  pasien,  ataupun  dengan  cara  pemberian  obat penghilang  rasa  sakit  seperti  morfin  walaupun  disadari  bahwa  pemberian morfin  ini  juga  dapat  berakibat  ganda  yaitu  mengakibatkan  kematian. Eutanasia  pasif  ini  seringkali  secara  terselubung  dilakukan  oleh  kebanyakan rumah sakit (Wikipedia, 2010).
 Standar Prosedur Pelaksanaan Eutanasia
Sebagai  salah  satu  metode  medis,  maka  eutanasiapun  juga  memiliki standar  prosedur  tertentu.  Berdasarkan  Franson    metode  dasar  eutanasia  terbagi menjadi fisik dan kimia.
a.  Prosedur standar eutanasia fisik
Eutanasia  secara  fisik,  dilakukan  dengan  melakukan  tindakan-tindakan fisik secara langsung kepada objek  yang  akan di-eutanasia. Eutanasia secara fisik  ini  lazim  diterapkan  kepada  hewan,  untuk  penerapannya  terhadap manusia  masih  belum  pernah  dilaporkan.    Terdapat  beberapa  jenis  teknik
eutanasia secara fisik, yaitu:
1.  Cervical dislocation (pemutaran leher) merupakan metode eutanasia untuk burung atau hewan dengan bobot <125 gr, kelinci dan rodensia dengan BB 125  gr    1  kg.  Hewan  yang  akan  dimatikan  harus  dalam  keadaan  telah dianaestesi  dan  tidak  boleh  dilakukan  pada  hewan  dalam  keadaan  sadar. Metode  ini  tidak  diperbolehkan  untuk  meng-eutanasia  kelinci  atau rodensia dengan BB > 1 kg, anjing, kucing, ternak potong (Gambar 1).



Gambar 1. Cervical Dislocation (Franson, www.nwhc.usgs.gov) Teknik  ini  sangat  efektif,  cepat,  murah  dan  efek  terhadap  tes  diagnostic sangat rendah.
2. Decapitation (perusakan otak lewat leher). Decapitation dilakukan dengan jalan  memotong  kepala  hewan  dengan  menggunakan  peralatan  tajam dengan  tujuan  untuk  memutus  kepekaan  saraf  tulang  belakang.  Hewan yang  diperbolehkan  untuk  di-decapitation  sama  dengan  pada  cervical dislocation.
3.  Stunning  &  exsanguinations  (removal  blood)  dilakukan  dengan  jalan merusak  bagian  tengah  tengkorak  agar  hewan  menjadi tidak  sadar  diikuti penyembelihan  untuk  mengeluarkan  darah  dengan  memotong  pembuluh darah  utama  di  bagian  leher.  Teknik  ini  sangat  cocok  untuk  diterapkan pada  hewan  potong  (www.las.rutgers.edu)  serta  hanya  bias  dioperasikan apabila tes diagnostik pada otak tidak diperlukan.
4.  Captive  bolt  atau  gunshot  (www.las.rutgers.edu  dan  Rietveld, www.gov.on.ca),  merupakan  metode  yang  umum  dipergunakan  di  rumah potong  hewan  utamanya  kuda,  ruminansia  dan  babi  (Gambar  2).  Hewan dimatikan  dengan  jalan  menembak  langsung  kepalanya  apabila  otaknya diperlukan  untuk  tes  diagnostik  maka  penembakan  dilakukan  di  leher. Pelaksanaannya  memerlukan  seorang  ahli  agar  tercapai  kematian  yang ,manusiawi selain untuk keamanan.

b.  Prosedur standar eutanasia kimia
Eutanasia Kimia yaitu memasukkan agen toksin ke dalam tubuh dengan suntikan atau inhalasi.

Prosedur  inhalasi  hanya  boleh  dilakukan  oleh  operator  yang  telah mendapat  ijin  untuk  menggunakan  bahan  kimia  karena  material  yang  akan digunakan sangat berbahaya bagi manusia.
Inhalasi (Gambar 3) ditujukan untuk mematikan hewan dengan bobot < 7kg.  Agen  inhalasi  yang  dipilih  harus  menjadikan  hewan  tidak  sadar  secara cepat.  Adapun  agen  yang  diperbolehkan  adalah  halothane,  enflurane, methoxyflurane,  nitrous  oxide  karena  nonflammable  dan nonexplosive.carbondioxide,  derivat  barbiturat,  magnesium  sulfat,  KCl (www.ahn.umn.edu).  Sedangkan  agen  inhalassi  yang  tidak  boleh ddipergunakan adalah Chloroform, gas hydrogen sianida, CO, Chloral hidrat, striknin. (www.las.rutgers.edu dan Franson, www.nwhc.usgs.gov). Meskipun demikian  pada  kenyataannya  CO,  chloroform  maupun  ether  masih  tetap dipergunakan  terutama  apabila  jumlah  hewan  yang  akan  dieuthasia  banyak. Gambar 4, umum dilakukan untuk  eutanasia burung mencit atau tikus dalam jumlah  banyak  dengan  jalan  meletakkan  hewan  pada  kotak  yang  tertutup plastic  yang  dialiri  gas  CO2  secara  bertahap.  Agen  inhalasi  juga  bisa dicelupkan dan diletakkan di dalam kotak sampai hewan tidak sadar dan mati
apabila fasilitas di bawah ini tidak tersedia.
Inhalasi  dosis  lethal  umum  diberikan  pada  hewan  peliharaan  yang sudah  tua  yang  menderita  sakit.  Prosedur  ini  apabila  titerapkan  pada  hewan percobaan kemungkinan besar akanmempengaruhi hasil akhir penelitian serta karkasnya tidak bias dikonsumsi.
Sedangkan  eutanasia  kimia  dengan  teknik  suntik,  lebih  banyak diterapkan  kepada  manusia,  karena  dianggap  lebih  aman  dan  lebih manusiawi.  Teknik  ini  dilakukan  dengan  cara  menyuntikkan  zat  kimia
tertentu  ke  dalam  tubuh  pasien,  sehingga  pasien  tersebut  meninggal.  Pada beberapa kasus, eutanasia tidak dilakukan secara langsung, untuk mengurangi efek  psikologis  bagi  sang  eksekutor.  Sebagai  gantinya,  eutanasia  dilakukan dengan mesin eutanasia. Mesin eutanasia  ini digunakan untuk menyuntikkan obat-obatan  mematikan  dalam  dosis  tinggi,  mesin  ini  dilengkapi  layar komputer  jinjing  untuk  memandu  pengguna  melalui  beberapa  tahapan  dan pertanyaan  guna  memastikan  bahwa  si  pengguna  telah  benar-benar  siap  atas keputusannya tersebut. Suntikan terakhir kemudian dilakukan dengan bantuan mesin yang diatur dari computer (Gambar 5).
2.3  Jenis-jenis Eutanasia yang Pernah Dilakukan
Didasarkan pada beberapa hal, eutanasia memiliki beragam jenis, ditinjau dari status pemberian ijin, eutanasia dibagi menjadi 3, yaitu:
a.  Eutanasia  di  luar  kemauan  pasien:  yaitu  suatu  tindakan  eutanasia  yang bertentangan  dengan  keinginan  si  pasien  untuk  tetap  hidup.  Tindakan eutanasia semacam ini dapat disamakan dengan  pembunuhan, dan pelakunya dapat dikenakan ancaman tindakan pidana.
b.  Eutanasia  secara  tidak  sukarela:  Eutanasia  semacam  ini  adalah  yang seringkali  menjadi  bahan  perdebatan  dan  dianggap  sebagai  suatu  tindakan yang  keliru  oleh  siapapun  juga.  Hal  ini  terjadi  apabila  seseorang  yang  tidak berkompeten  atau  tidak  berhak  untuk  mengambil  suatu  keputusan  misalnya statusnya  hanyalah  seorang  wali  dari  si  pasien.  Namun  disisi  lain,  si  pasien sendiri tidak memungkinkan untuk memberikan ijin dikarenakan kondisinya, misalnya sipasien koma atau tidak sadar. 
c.  Eutanasia  secara  sukarela :  dilakukan  atas  persetujuan  si  pasien  sendiri, namun  hal  ini  juga  masih  merupakan  hal  kontroversial.  Beberapa  Negara memberikan  ijin  untuk  eutanasia  tipe  yang  ketiga  ini,  misalnya  Belanda, namun beberapa yang lain menganggapnya sebagai tindakan bunuh diri yang dibantu, sehingga tetap melanggar hukum.
  Ditinjau  dari  segi  tujuannya,  eutanasia  juga  dibedakan  menjadi  3 (Wikipedia, 2010), yaitu:
a.  Eutanasia berdasarkan belas kasihan (mercy killing)
Eutanasia  jenis  ini,  dilakukan  atas  dasar  rasa  kasihan  kepada  sang  pasien, umumnya  eutanasia  jenis  ini  dilakukan  kepada  pasien  yang  menderita  rasa sakit  yang  amat  sangat  dalam  penyakitnya,  sehingga  membuat  orang-orang disekitarnya menjadi tidak tega dan memutuskan untuk melakukan eutanasia.
b.  Eutanasia hewan Sesuai dengan namanya,  eutanasia jenis ini, khusu dilakukan  kepada hewan, biasanya  beberapa  hewan  peliharaan  yang  sudah  tua  dan  menderita  sakit berkepanjangan,  membuat  si  pemilik  tidak  tega  dan  memutuskan  untuk melakukan  eutanasia.  Pada  kasusyang  lain,  beberapa  kepercayaan  percaya bahwa, saat seseorang meninggal,  maka barang-barang kesayangannya harus diikutkan  ke  dalam  kubur,  termasuk  hewan-hewan  kesayangannya,  sehingga
sebelum  hewan  tersebut  dikuburkan  umumya  mereka  di  suntik  mati terlebih dahulu.
c.  Eutanasia  berdasarkan  bantuan  dokter,  ini  adalah  bentuk  lain  daripada eutanasia  agresif  secara  sukarela.  Dilakukan  atas  persetujuan  sang  pasien sendiri.
Selain  itu,  sebagaimana  teah  disinggung  di  atas,  berdasarkan pengertiannya, eutanasia dibagi menjadi 3 jenis utama, ketiga jenis tersebut yaitu:
a.  Eutanasia  agresif :  atau  suatu  tindakan  eutanasia  aktif  yaitu  suatu  tindakan secara  sengaja  yang  dilakukan  oleh  dokter  atau  tenaga  kesehatan  lain  untuk mempersingkat  atau  mengakhiri  hidup  sang  pasien.  Misalnya  dengan memberikan  obat-obatan  yang  mematikan  seperti  pemberian  tablet  sianida atau  menyuntikkan  zat-zat  yang  mematikan  ke  dalam  tubuh  pasien.  Baik dengan alasan maupun tanpa alasan tertentu.
b.  Eutanasia  non  agresif :  atau  kadang  juga  disebut  autoeutanasia  (eutanasia otomatis)  termasuk  kategori  eutanasia  negatif  yaitu  dimana  seorang  pasien menolak secara tegas dan dengan sadar untuk menerima perawatan medis dan sang  pasien  mengetahui  bahwa  penolakannya  tersebut  akan  memperpendek atau  mengakhiri  hidupnya.  Dengan  penolakan  tersebut  ia  membuat  sebuah "codicil"  (pernyataan  tertulis  tangan).  Auto-eutanasia  pada  dasarnya  adalah suatu praktek eutanasia pasif yang dilakukan atas permintaan sang pasien itu sendiri.
c.  Eutanasia  pasif :  juga  bisa  dikategorikan  sebagai  tindakan  eutanasia  negatif yang  tidak  menggunakan  alat-alat  atau  langkah-langkah  aktif  untuk mengakhiri  kehidupan  si  sakit.  Tindakan  pada  eutanasia  pasif  ini  adalah dengan  secara  sengaja  tidak  (lagi)  memberikan  bantuan  medis  yang  dapat memperpanjang  hidup  pasien.  Misalnya  tidak  memberikan  bantuan  oksigen bagi  pasien  yang  mengalami  kesulitan  dalam  pernapasan  atau  tidak memberikan  antibiotika  kepada  penderita  pneumonia  berat  ataupun meniadakan  tindakan  operasi  yang  seharusnya  dilakukan  guna memperpanjang  hidup  pasien,  ataupun  dengan  cara  pemberian  obat penghilang  rasa  sakit  seperti  morfin  walaupun  disadari  bahwa  pemberian morfin  ini  juga  dapat  berakibat  ganda  yaitu  mengakibatkan  kematian. Eutanasia  pasif  ini  seringkali  secara  terselubung  dilakukan  oleh  kebanyakan rumah sakit .

2.4  Sejarah Eutanasia
Istilah  eutanasia  pertamakali  dipopulerkan  oleh  Hippokrates   dalam manuskripnya  yang  berjudul  sumpah  Hippokrates,  naskah  ini  ditulis  pada  tahun 400-300  SM.  Dalam  supahnya  tersebut  Hippokrates  menyatakan;  "Saya  tidak akan  menyarankan  dan  atau  memberikan  obat  yang  mematikan  kepada  siapapun meskipun  telah  dimintakan  untuk  itu".  Dari  dokumen  tertua tentang  eutanasia  di atasa, dapat kita lihat bahwa, justru anggapan yang dimunculkan oleh Hippocrates adalah penolakan terhadap praktek eutanasia.
Sejak  abad  ke-19,  eutanasia  telah  memicu  timbulnya  perdebatan  dan pergerakan  di  wilayah  Amerika  Utara  dan  di  Eropa  Pada  tahun  1828  undang-undang anti eutanasia mulai diberlakukan di Negara bagian New York, yang pada beberapa tahun kemudian diberlakukan pula oleh beberapa Negara bagian. Setelah masa  Perang  Saudara,  beberapa  advokat  dan  beberapa  dokter  mendukung dilakukannya  eutanasia  secara  sukarela.  Kelompok-kelompok  pendukung eutanasia  mulanya  terbentuk  di  Inggris  pada  tahun  1935  dan  di  Amerika  pada tahun  1938  yang  memberikan  dukungannya  pada  pelaksanaan  eutanasia  agresif, walaupun  demikian  perjuangan  untuk  melegalkan  eutanasia  tidak  berhasil digolkan di Amerika maupun Inggris.
Pada  tahun  1937,  eutanasia  atas  anjuran  dokter  dilegalkan  di  Swiss sepanjang  pasien  yang  bersangkutan  tidak  memperoleh  keuntungan  daripadanya. Pada  era  yang  sama,  pengadilan  Amerika  menolak  beberapa  permohonan  dari pasien  yang  sakit  parah  dan  beberapa  orang  tua  yang  memiliki  anak  cacat  yang mengajukan  permohonan  eutanasia  kepada  dokter  sebagai  bentuk  "pembunuhan berdasarkan belas kasihan". Pada  tahun  1939,  pasukan  Nazi  Jerman  melakukan  suatu  tindakan kontroversial dalam suatu "program" eutanasia terhadap anak-anak di bawah umur 3  tahun  yang  menderita  keterbelakangan  mental,  cacat  tubuh,  ataupun  gangguan lainnya  yang menjadikan hidup mereka tak berguna. Program ini dikenal dengan nama  Aksi  T4  ("Action  T4")  yang  kelak  diberlakukan  juga  terhadap  anak-anak usia di atas 3 tahun dan para jompo / lansia.
Setelah dunia menyaksikan kekejaman Nazi dalam melakukan kejahatan eutanasia,  pada  era tahun  1940  dan  1950  maka  berkuranglah  dukungan  terhadap eutanasia,  terlebih-lebih  lagi  terhadap  tindakan  eutanasia  yang  dilakukan  secara tidak  sukarela  ataupun  karena  disebabkan  oleh  cacat  genetika.  (Wikipedia).
Sebagaimana  kita  ketahui,  nazi  yang  saat  itu  dipimpin  oleh  Adolf  Hitler, menganggap  bahwa  orang  cacat  merupakan  hambatan  terhadap  kemajuan  suatu bangsa,  sehingga  secara  besar-besaran  nazi  melakukan  eutanasia  secara  paksa kepada semua orang cacat di Berlin, Jerman.
Terdapat  beberapa  catatan  yang  cukup  menarik  terkait  dengan  praktek eutanasia di beberapa tepat di jaman dahulu kala, berikut sedikit uraiannya:
a.  Di  India  pernah  dipraktekkan  suatu  kebiasaan  untuk  melemparkan  orang-orang tua ke dalam sungai Gangga.
b.  Di  Sardinia  orang  tua  dipukul  hingga  mati  oleh  anak  laki-laki  tertuanya  di zaman purba.
c.  Uruguay  mencantumkan  kebebasan  praktek  eutanasia  dalam  undang-undang yang telah berlaku sejak tahun 1933.
d.  Di beberapa Negara Eropa, praktek eutanasia bukan lagi kejahatan kecuali di Norwegia yang sejak 1902 memperlakukannya sebagai kejahatan khusus.
e.  Di  Amerika  Serikat,  khususnya  di  semua  Negara  bagian  mencantumkan eutanasia  sebagai  kejahatan.  Bunuh  diri  atau  membiarkan  dirinya  dibunuh adalah melanggar hukum di Amerika Serikat.
f.  Satu-satunya  Negara  yang  dapat  melakukan  tindakan  eutanasia  bagi  para anggotanya adalah Belanda. Anggota yang telah diterima dengan persyaratan tertentu dapat meminta tindakan eutanasia atas dirinya.  Ada beberapa warga Amerika  Serikat  yang  menjadi  anggotanya.  Dalam  praktek  medis,  biasanya tidaklah  pernah  dilakukan  eutanasia  aktif,  akan  tetapi  mungkin  ada  praktek-praktek medis yang dapat digolongkan eutanasia pasif.
2.5  Hukum Eutanasia pada Beberapa Negara di Dunia Sejauh  ini,  eutanasia  telah  menjadi  perdebatan  hangat  dan  banyak bermunculan kelompok-kelompok yang pro maupun yang kontra terhadap praktek
pencabutan  nyawa  ini.  Di  beberapa  Negara  di  dunia,  eutanasia  telah  dilegalkan dan  diatur  dengan  prosedur-prosedur  khusus  misalnya  diNegara  Belanda  dan Belgia  serta  ditoleransi  di  Negara  bagian  Oregon  di  Amerika,  Kolombia  dan Swiss,  namun  di  beberapa  Negara  dinyatakan  sebagai  kejahatan  seperti  di Spanyol, Jerman dan Denmark termasukdi Indonesia.
a.  Indonesia
Berdasarkan  hukum  di  Indonesia  maka  eutanasia  adalah  sesuatu perbuatan yang melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan  yang  ada  yaitu  pada  Pasal  344  Kitab  Undang-undang  Hukum  Pidana yang  menyatakan  bahwa  "Barang  siapa  menghilangkan  nyawa  orang  lain  atas permintaan  orang  itu  sendiri,  yang  disebutkannya  dengan  nyata  dan  sungguh-sungguh,  dihukum  penjara  selama-lamanya  12  tahun".  Juga  demikian  halnya nampak  pada  pengaturan  pasal-pasal  338,  340,  345,  dan  359  KUHP  yang  juga dapat dikatakan memenuhi unsur-unsur delik dalam perbuatan eutanasia. Dengan demikian,  secara  formal  hukum  yang  berlaku  di  Negara  kita  memang  tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa pun.
Ketua umum pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Farid Anfasal Moeloek dalam suatu pernyataannya  yang dimuat oleh majalah Tempo Selasa 5 Oktober  2004    menyatakan  bahwa :  Eutanasia  atau  "pembunuhan  tanpa penderitaan"  hingga  saat  ini  belum  dapat  diterima  dalam  nilai  dan  norma  yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. "Eutanasia hingga saat ini tidak sesuai dengan etika yang dianut oleh bangsa dan melanggar hukum positif  yang masih berlaku yakni KUHP.
b.  Belanda
Pada  tanggal  10  April  2001  Belanda  menerbitkan  undang-undang  yang mengizinkan  eutanasia,  undang-undang  ini  dinyatakan  efektif  berlaku  sejak tanggal  1  April  2002
yang  menjadikan  Belanda  menjadi  Negara  pertama  di dunia  yang  melegalisasi  praktik  eutanasia.  Pasien-pasien  yang  mengalami  sakit menahun dan tak tersembuhkan, diberi hak untuk mengakhiri penderitaannya.
Tetapi  perlu  ditekankan,  bahwa  dalam  Kitab  Hukum  Pidana  Belanda secara  formal  eutanasia  dan  bunuh  diri  berbantuan  masih  dipertahankan  sebagai perbuatan kriminal.
Sebuah  karangan  berjudul  "The  Slippery  Slope  of  Dutch  Eutanasia" dalam  majalah  Human  Life  International  Special  Report  Nomor  67,  November 1998,  halaman  3  melaporkan  bahwa  sejak  tahun  1994  setiap  dokter  di  Belanda dimungkinkan melakukan eutanasia dan tidak akan dituntut di pengadilan asalkan mengikuti  beberapa  prosedur  yang  telah  ditetapkan.  Prosedur  tersebut  adalah
mengadakan konsultasi dengan rekan sejawat (tidak harus seorang spesialis) dan membuat laporan dengan menjawab sekitar 50 pertanyaan.
Sejak akhir tahun 1993, Belanda secara hukum mengatur kewajiban para dokter untuk melapor semua kasus eutanasia dan bunuh diri berbantuan. Instansi kehakiman  selalu  akan  menilai  betul  tidaknya  prosedurnya.  Pada  tahun  2002, sebuah  konvensi  yang  berusia  20  tahun  telah  dikodifikasi  oleh  undang-undang belanda,  dimana  seorang  dokter  yang  melakukan  eutanasia  pada  suatu  kasus tertentu tidak akan dihukum.
c.  Belgia
Parlemen  Belgia  telah  melegalisasi  tindakan  eutanasia  pada  akhir September  2002.  Para  pendukung  eutanasia  menyatakan  bahwa  ribuan  tindakan eutanasia  setiap  tahunnya  telah  dilakukan  sejak  dilegalisasikannya  tindakan eutanasia  diNegara  ini,  namun  mereka  juga  mengkritik  sulitnya  prosedur pelaksanaan  eutanasia  ini  sehingga  timbul  suatu  kesan  adaya  upaya  untuk menciptakan "birokrasi kematian".
Belgia  kini  menjadi  Negara  ketiga  yang  melegalisasi  eutanasia  (  setelah Belanda dan Negara bagian Oregon di Amerika ). Senator Philippe Mahoux, dari partai  sosialis  yang  merupakan  salah  satu  penyusun  rancangan  undang-undang tersebut  menyatakan  bahwa  seorang  pasien  yang  menderita  secara  jasmani  dan psikologis adalah merupakan orang yang memiliki hak penuh untuk memutuskan
kelangsungan hidupnya dan penentuan saat-saat akhir hidupnya
d.  Australia
Negara bagian  Australia, Northern Territory, menjadi tempat pertama di dunia dengan UU yang mengizinkan  eutanasia dan bunuh diri berbantuan, meski reputasi  ini  tidak  bertahan  lama.  Pada  tahun  1995  Northern  Territory  menerima UU  yang  disebut  "Right  of  the  terminally  ill  bill"  (UU  tentang  hak  pasien terminal). Undang-undang baru ini beberapa kali dipraktikkan, tetapi bulan Maret
1997 ditiadakan oleh keputusan Senat Australia, sehingga harus ditarik kembali.
e.  Amerika
Eutanasia agresif dinyatakan ilegal di banyak Negara bagian di Amerika. Saat ini satu-satunya Negara bagian di  Amerika yang hukumnya secara eksplisit mengizinkan  pasien  terminal  (  pasien  yang  tidak  mungkin  lagi  disembuhkan) mengakhiri  hidupnya  adalah  Negara  bagian  Oregon,  yang  pada  tahun  1997 melegalisasikan  kemungkinan  dilakukannya  eutanasia  dengan  memberlakukan UU  tentang  kematian  yang  pantas  (Oregon  Death  with  Dignity  Act).  Tetapi undang-undang  ini  hanya  menyangkut  bunuh  diri  berbantuan,  bukan  eutanasia.
Syarat-syarat  yang  diwajibkan  cukup  ketat,  dimana  pasien  terminal  berusia  18 tahun  ke  atas  boleh  minta  bantuan  untuk  bunuh  diri,  jika  mereka  diperkirakan akan meninggal dalam enam bulan dan keinginan ini harus diajukan sampai tiga kali  pasien,  dimana  dua  kali  secara  lisan  (dengan  tenggang  waktu  15  hari  di antaranya)  dan  sekali  secara  tertulis  (dihadiri  dua  saksi  dimana  salah  satu  saksi tidak  boleh  memiliki  hubungan  keluarga  dengan  pasien).  Dokter  kedua  harus mengkonfirmasikan  diagnosis  penyakit  dan  prognosis  serta  memastikan  bahwa pasien  dalam  mengambil  keputusan  itu  tidak  berada  dalam  keadaan  gangguan mental.Hukum  juga  mengatur  secara  tegas  bahwa  keputusan  pasien  untuk mengakhiri  hidupnya  tersebut  tidak  boleh  berpengaruh  terhadap  asuransi  yang dimilikinya  baik  asuransi  kesehatan,  jiwa  maupun  kecelakaan  ataupun  juga simpanan hari tuanya.
Belum  jelas  apakah  undang-undang  Oregon  ini  bisa  dipertahankan  di masa depan, sebab dalam Senat AS pun ada usaha untuk meniadakan UU Negara bagian ini. Mungkin saja nanti nasibnya  sama dengan UU Northern Territory di Australia. Bulan Februari lalu sebuah studi terbit tentang pelaksanaan UU Oregon selama tahun 1999. Sebuah lembaga jajak pendapat terkenal yaitu Poling Gallup (Gallup  Poll)  menunjukkan  bahwa  60%  orang  Amerika  mendukung dilakukannya euthanasia.
f.  Republik Ceko
Di  Republik  Ceko  eutanisia  dinyatakan  sebagai  suatu  tindakan pembunuhan berdasarkan peraturan setelah pasal mengenai eutanasia dikeluarkan dari  rancangan  Kitab  Undang-undang  Hukum  Pidana.  Sebelumnya  pada rancangan tersebut, Perdana Menteri Jiri Pospíšil bermaksud untuk memasukkan eutanasia  dalam  rancangan  KUHP  tersebut  sebagai  suatu  kejahatan  dengan ancaman pidana selama 6 tahun penjara, namun Dewan Perwakilan Konstitusional dan  komite  hukum  Negara  tersebut  merekomendasikan  agar  pasal  kontroversial tersebut dihapus dari rancangan tersebut.
g.  Cina
Di China, eutanasia saat ini tidak diperkenankan secara hukum. Eutansia diketahui terjadi pertama kalinya pada tahun 1986, dimana seorang yang bernama "Wang Mingcheng" meminta seorang dokter untuk melakukan eutanasia terhadap ibunya  yang  sakit.  Akhirnya  polisi  menangkapnya  juga  si  dokter  yang melaksanakan  permintaannya,  namun  6  tahun  kemudian  Pengadilan  tertinggi rakyat  (Supreme  People's  Court)  menyatakan  mereka  tidak  bersalah.  Pada  tahun 2003,  Wang  Mingcheng  menderita  penyakit  kanker  perut  yang  tidak  ada kemungkinan  untuk  disembuhkan  lagi  dan  ia  meminta  untuk  dilakukannya eutanasia  atas  dirinya  namun  ditolak  oleh  rumah  sakit  yang  merawatnya. Akhirnya ia meninggal dunia dalam kesakitan.

2.6  Pandangan Agama terhadap Praktek Eutanasia
a.  Dalam ajaran Agama Islam
Seperti  Agama  yang  luhur,  Islam  mengakui  hak  seseorang  untuk  hidup dan mati, namun hak tersebut merupakan anugerah  Allah kepada manusia. Hanya Allah  yang  dapat  menentukan  kapan  seseorang  lahir  dan  kapan  ia  mati  (QS  22: 66; 2: 243).
uqèdur üÏ%©!$# öNà2$uômr& §NèO öNä3çGŠÏJム¢OèO öNä3ÍŠøtä 3 ¨bÎ) z`»|¡SM}$# Öqàÿx6s9 ÇÏÏÈ  
66. dan Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi), Sesungguhnya manusia itu, benar-benar sangat mengingkari nikmat.

* öNs9r& ts? n<Î) tûïÏ%©!$# (#qã_tyz `ÏB öNÏd̍»tƒÏŠ öNèdur î$qä9é& uxtn ÏNöqyJø9$# tA$s)sù ÞOßgs9 ª!$# (#qè?qãB §NèO óOßg»uômr& 4 žcÎ) ©!$# rä%s! @@ôÒsù n?tã Ĩ$¨Z9$# £`Å3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Y9$# Ÿw šcrãà6ô±o ÇËÍÌÈ  
243. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; Maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu"[154], kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.

[154] Sebahagian ahli tafsir (seperti Al-Thabari dan Ibnu Katsir) mengartikan mati di sini dengan mati yang sebenarnya; sedangkan sebahagian ahli tafsir yang lain mengartikannya dengan mati semangat.



Oleh karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hukum Islam meskipun tidak  ada  teks  dalam  Al  Quran  maupun  Hadis  yang  secara  eksplisit  melarang bunuh  diri.  Kendati  demikian,  ada  sebuah  ayat  yang  menyiratkan  hal  tersebut,
(#qà)ÏÿRr&ur Îû È@Î6y «!$# Ÿwur (#qà)ù=è? ö/ä3ƒÏ÷ƒr'Î/ n<Î) Ïps3è=ök­J9$# ¡ (#þqãZÅ¡ômr&ur ¡ ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÒÎÈ  
195. dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.


dan dalam ayat lain disebutkan,
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä Ÿw (#þqè=à2ù's? Nä3s9ºuqøBr& Mà6oY÷t/ È@ÏÜ»t6ø9$$Î/ HwÎ) br& šcqä3s? ¸ot»pgÏB `tã <Ú#ts? öNä3ZÏiB 4 Ÿwur (#þqè=çFø)s? öNä3|¡àÿRr& 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3Î/ $VJŠÏmu ÇËÒÈ  
29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

[287] Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan.


 "Janganlah  engkau  membunuh  dirimu  sendiri,"  (QS  4:  29),  yang makna  langsungnya  adalah  "Janganlah  kamu  saling  berbunuhan."  Dengan demikian,  seorang  Muslim  (dokter)  yang  membunuh  seorang  Muslim  lainnya (pasien) disetarakan dengan membunuh dirinya sendiri. 
Eutanasia dalam ajaran Islam disebut  qatl ar-rahmah atau taisir al-maut (eutanasia), yaitu suatu tindakan memudahkan kematian seseorang dengan sengaja tanpa  merasakan  sakit,  karena  kasih  sayang,  dengan  tujuan  meringankan penderitaan si sakit, baik dengan cara positif maupun negatif.
Pada konferensi pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait tahun 1981, dinyatakan  bahwa  tidak  ada  suatu  alasan  yang  membenarkan  dilakukannya eutanasia  ataupun  pembunuhan  berdasarkan  belas  kasihan  (mercy  killing)  dalam alasan apapun juga.




BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dari beberapa paparan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal berikut:
a.  Eutanasia berasal dari bahasa Yunani ‘eu’  yang artinya baik dan ‘thanatos’ yang  berarti  kematian,  sehingga  istilah  eutanasia  secara  singkat  dapat diartikan sebagai ‘kematian yang baik’. 
b.  Terdapat  dua  prinsip  utama  dalam  standar  prosedur  euthanasia,  yaitu  secara fisik  (misalnya  dengan  pemutusan  leher,  perusakan  otak,  atau  penembakan kepala)  dan  secara  kimiawi  (dengan  teknik  inhalasi  gas  beracun  atau  suntik subtansi kimia mamatikan)
c.  Eutanasia  memiliki  berbagai  klasifikasi  berdasarkan  beberapa  katagori tertentu.
d.  Pada beberapa Negara euthanasia telah dilegalkan sebagai salah satu tindakan medis,  di  beberapa  Negara  yang  lain, euthanasia  masih  digolongkan  sebagai tindakan criminal, termasuk di Indonesia.
e.  Pada  umumnya  agama  menolak  dilakukannya  euthanasia,  karena  dianggap mendahului kehenda Tuhan, sebab, hidup dan mati ada di tangan Tuhan.

 
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jawi,  M.S.  Euthanasia  Menurut  Hukum  Islam.  (Online),  (http://www.khilafah1924.org, diakses 28 Oktober 2010)
Euthanasia.  (Online).  (http://kamusbahasaindonesia.org/eutanasia,  diakses  24 Oktober 2010)
Euthanasia.  (Online).  (http://id.wikipedia.org/wiki/Eutanasia  diakses  24  Oktober 2010)
Franson,  J.C.  2004.  Chapter  5  Euthanasia.(Online),  (http://www.nwhc.usgs.gov. diakses 29 Oktober 2010).
Rietveld,  R.  2003.  Methods  of  Euthanasia:  On  Farm  Euthanasia  of  Cattle  and Calves.  Animal  Care  Specialist/OMAF.  (Online),  (http://www.gov.on.ca, diakses 29 Oktober 2010)

Post a Comment

0 Comments