1.
Bagaimana
pandangan anda tentang hubungan antara agama dan pendidikan ? jelaskan secara
lengkap, dengan di sertai nalar akademik.
2.
Salah
satu metode dalam psikologi agama adalah kuisioner dan wawancara. jelaskan
kelebihan dan kelemahan metode tersebut lengkap dengan uraian rasionalnya.
3.
Didalam
ilmu jiwa agma ada teori tentang sumber kejiwaan agama yang meliputi : Teori
monistik dan Teori fakultik. Jelaskan perbedaan prinsip teori tersebut lengkap
dengan pendapat para ahli.
4.
Sebagia
sifat keagamaan anak adalah unreflective, egosentris, dan imitatif. Jelaskan
masing-masing sifat tersebut lengkap dengan conto-contonya.
5.
Sikap
keberagamaan orang dewasa dan usia lanjut hampir pasti mengalami perbedaan.
Jelaskan perbedaan sikap keberagaman antara keduanya.
6.
Sikap
keberagamaan seseorang ada yang cenderung sehat dan juga cenderung tidak lazim,
jelaskan perbedaan sikap keberagamaan yang sehat dan yang tidak sehat lengkap
dengan uraian rasionalnya.
7.
Mungkinkah
agama berpengaruh positf terhadap kesehatan mental ? jika mungkin jelaskan
nalar rasionalnya.
8.
Dalam
teori psikologi agama terdapat pandangan bahwa kebudayaan dapat berpengaruh
terhadap sikap keagamaan seorang.
Jelaskan pengaruh tersebut atas nilai akademiknya.
9.
Hubungan
antar pendidikan dan agama sangat signifikan, jelaskan dimana letak peran
pentingnya pendidikan dalam menanamkan rasa keagamaan anak ? jelaskan dari
sudut peran pendidikan keluarga, pendidikan kelembagaan, dan pendidikan di
masyarakat.
10.
Mengapa
seorang dapat mengalami konversi agama ? faktor-faktor apa yang menyebabkan
konversi agama ? jelaskan lengkap dengan nalar psikologi.
JAWABAN
1.
Hubungan Agama
dengan Pendidikan
Agama mengatur seluruh aspek kehidupan pemeluknya sebagai individu,
anggota masyarakat serta lingkungannya. Agama merupakan penghambaan manusia
terhadap Tuhannya. Agama bersifat dogmatis, otoriter serta imperatif sehingga
setiap pemeluknya harus mentaati aturan, nilai serta norma yang ada di
dalammnya. Aturan-aturan tersebut bersifat mengikat dan berfungsi sebagai
pedoman bagi pemeluknya untuk mencapai kebahagian yang diidamkannya. Bila
aturan tersebut dilanggar maka dampaknya bukan hanya pada individual saja
tetapi juga lingkungan sekitar.
Agama dalam konsep-konsep di atas bersifat universal dan sederhana.
Konsep-konsep tersebut diharapkan dapat dikenakan kepada semua agama yang
dikenal selama ini. Bila konsep-konsep tersebut dipaksakan sama untuk semua
agama, maka konsekuensi yang diterima adalah adanya pluralisme agama. Padahal
tidak semua agama menyepakati adanya pluralisme.
Bila berbicara tentang agama maka tidak akan pernah lepas dari
pendidikan. Agama selalu bersifat pendidikan karena di dalamnya ada transfer
ilmu dan pengetahuan yang bersifat dogmatis. Lain halnya bila berbicara tentang
pendidikan maka tidak selalu berkaitan dengan agama. Namun dalam proses
pendidikan maka pendidikan harus sejalan dengan agama dan saling melengkapi
sehingga output yang dihasilkan oleh pendidikan bersifat
syamil/menyeluruh/paripurna. Hal ini sesuai dengan Visi Kementrian Pendidikan
Nasional tahun 2025 yaitu menghasilkan insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif
(insan kamil/insan paripurna). Yang dimaksud dengan insan Indonesia Cerdas
adalah cerdas komprehensif yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas
sosial, cerdas intelektual dan cerdas kinestetis.
Pembentukan manusia yang Cerdas dan Kompetitif tidak semata
dilakukan hanya dengan transfer ilmu dan pengetahuan saja tetapi juga penanaman
nilai-nilai moral yang sesuai dengan nilai dan norma yang terdapat di dalam
agama. Hal ini dilakukan agar output pendidikan yang dihasilkan tidak hanya
cerdas secara ilmu dan pengetahuan tetapi juga memiliki akhlak dan moral yang
baik. Akhlak dan moral inilah yang menjadi penyeimbang dan penggerak output
pendidikan sehingga tidak lepas control dan tidak menjadi sombong dengan hasil
yang dicapainya. “Science without religion is blind, and religion without
science is lame”. (Albert Einstein)
2.
Wawancara
Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara
dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan
dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara
melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.
Ankur Garg, seorang psikolog menyatakan bahwa wawancara dapat
menjadi alat bantu saat dilakukan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/
kandidat untuk suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang sedang mencari
tahu tentang kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.
Kelebihan teknik wawancara:
1. Wawancara memberikan kesempatan kepada pewawancara untuk
memotivasi orang yang diwawancarai untuk menjawab dengan bebasa dan terbuka
terhadap pertanyaa-pertanyaan yang diajukan.
2. Memungkinkan pewawancara untuk mengembangkan
pertanyaanpertanyaan sesuai dengan situasi yang berkembang.
3. Pewawancara dapat menilai kebenaran jawaban yang diberikan dari
gerak-gerik dan raut wajah orang yang diwawancarai.
4. Pewawancara dapat menanyakan kegiatan-kegiatan khusus yang tidak
selalu terjadi.
Kekurangan teknik wawancara:
1. Proses wawancara membutuhkan waktu yang lama, sehingga secara
relatif mahal dibandingkan dengan teknik yang lainnya.
2. Keberhasilan hasil wawancara sangat tergantung dari kepandaian
pewawancara untuk melakukan hubungan antar manusia.
3. Wawancara tidak selalu tepat untuk kondisi-kondisi tenpat yang
tertentu, misalnya di lokasi-lokasi yang ribut dan rmai.
4. Wawancara sangat menganggu kerja dari orang yang diwawancarai
bila waktu yang dimilikinya sangat terbatas.
KUESIONER
Kuesioner adalah instrumen pengumpulan data atau informasi yang
dioperasionalisasikan ke dalam bentuk item atau pertanyaan.Penyusunan kuesioner
dilakukan dengan harapan dapat mengetahui variable-variabel apa saja yang
menurut responden merupakan hal yang penting . Tujuan penyusunan kuesioner
adalah untuk memperbaiki bagian-bagian yang dianggap kurang tepat untuk
diterapkan dalam pengambilan data terhadap responden. Yang menjadi dasar
pembatasan menentukan variabel-variabel tersebut adalah harus dapat dimengerti
dan dirasakan manfaatnya. Kuesioner dapat berfungsi sebagai alat dan sekaligus
teknik pengumpulan data yang berisi sederet pertanyaan dalam wujud konkrit.
Penggunaan kuesioner tepat bila :
1. Responden (orang yang merenpons atau menjawab pertanyaan) saling
berjauhan.
2. Melibatkan sejumlah orang di dalam proyek sistem, dan berguna
bila mengetahui berapa proporsi suatu kelompok tertentu yang menyetujui atau
tidak menyetujui suatu fitur khusu dari sistem yang diajukan.
3. Melakukan studi untuk mengetahui sesuatu dan ingin mencari
seluruh pendapat sebelum proyek sistem diberi petunjuk-petunjuk tertentu.
4. Ingin yakin bahwa masalah-masalah dalam sistem yang ada bisa
diidentifikasi dan dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut.
3.
A. Menurut Teori Monistik
Menurut teori monistik, yang meenjadi sumber kejiwaan
agama itu adalah berasal dari satu sumber kejiwaan. Sumber tunggal manakah yang
paling dominan sebagai sumber jiwa kjiwaan itu? Terhadap sumber kejiwaan yang
dominan itu, dikalangan ahli terjadi perbedaan pendapat:
1. Menurut Thomas van Aquiono
Yang menjadi dasar kejiwaan agama ialah: Berfikir.
Manusia bertuhan karenamanusia menggunakan kemampuan berfikirnya. Kehidupan
beragama merupakan refleksi dari kehidupan berfikir manusia itu sendiri.
2. Menurut Frederick Hegel
Agama adalah suatu pengalaman yang
sungguh-sungguh benar dan tepat kebenaran abadi. Berdasarkankonsep itu maka
agama semata-mata merupakan hal-hal atau peroalan yang berhubungan dengan
pikiran.
3. Menurut Frederick Schleimacher
Yang menjadi sumber keagamaan adalah rasa
ketergantungan yang mutlak. Dengan adanya rasa ketergantugan yang mutlak itu
manusia merasakan dirinya lemah. Kelemahan itu menyebabkan manusia selalu
menggantungkan hidupnya dengan suatu kekuasaan yang berada diluar dirinya. Dari
rasa ketergantungan itulah timbul konsep tentang Tuhan. Rasa tidak berdaya
untuk menghilangkan tentangan alam yang selalu dialaminya, lalu timbullah
upacara untuk meminta perlindungan kepada kekuasaan yang diyakini dapat
melindungi mereka. Itulah realitas dari upacara keagamaan.
4. Menurut Rudolf Otto
Sumber jiwa agama adalah rasa kagum yang
berasal dari The Whaly Other (yang sama seklai lain), jika seseorang
dipengaruhi oleh rasa kagum terhadap sesuatu yang dianggapnya lain dari yang
lain, maka keadaan mental seperti itu oleh Otto disebut “Numinous”. Perasaan
itulah menurut R. Otto sebagai sumber dari kejiwaan agama manusia.
5. Menurut Sigmund Freud
Unsur kejiwaan yang menjadi sumber keiwaan
agama adalah lidido sexual (naluri seksual). Berdasarkan lidibo ini timbulah
ide tentang Tuhan dan upacara keagamaan, melalui proses:
a. Oedipus Complex, yaitu mitos Yunani
kuno yang menceritakan bahwa karena perasaan cinta kepada ibunya, maka Oedipus
membunuh ayahnya. Setelah ayahnya mati timbullah rasa bersalah pada diri
sendiri.
b. Father Image (cinta bapak): setelah
membunuh bapaknya Oedipus dihantui rada bersalah, lalu timbul rasa penyesalan.
Perasaan itu menerbitkan ide untuk membuat suatu cara sebagai penebus kesalahan
manusia yang mereka lakukan, mereka memuja alasannya karena dari pemujaan
itulah menurut Freud sebagai asal dari upacara keagamaan. Jadi agama muncul
dari ilusi manusia.
6. Menurut William Mc Dougall
Menurutnya, tidak ada insting khusus sebagai
“sumber jiwa keagamaan”, tetapi dari 14 insting yang ada pada diri manusia,
maka agama timbul dari dorongan insting tersebut secara terintegrasi.
B. Menurut Teori Fakulti / Faculty Theori
a. G.M. Straton
Menurut Straton, yang menjadi sumber jiwa
keagamaan adalah adanya konflik dalam kejiwaan manusia. Konflik itu disebabkan
oleh keadaan-keadaan yang berlawanan seperti: baik-buruk, moral-imoral,
kepastian-kepasipan, rasa rendah diri-rasa harga diri. Dikotomi-dikotomi itu
(serba dua) termasuk yang menimbulkan rasa agama dalam diri manusia. Hal ini
dikarenakan jika konflik itu sudah begitu mencekam manusia dan mempengaruhi
kejiwaannya, maka manusia akan mencari pertolongan kepada kekuasaan Tuhan.
b. W.H. Clark
Berdasarkan pendapat Freud tentang keinginan
dasar manusia, yaitu:
1.
Life-urge: keinginan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup dari keadaan yang terdahulu agar terus berlanjut.
2.
Death-urge: keinginan untuk kembali kekeadaan semua
sebagai benda mati. Jadi menurut Clark, ekspresi dari pertentangan antara Death-urge
dan life-urge merupakan sumber kejiwaan agama dalam diri manusia.
c. Dzakiah Darajat
Menurut Dzakiyah, manusia memiliki 6 kebutuhan:
1.
Kebutuhan akan rasa kasih sayang.
2.
Kebutuhan akan rasa aman.
3.
Kebutuhan akan harga diri.
4.
Kebutuhan akan rasa bebas
5.
Kebutuhan akan rasa sukses
6.
Kebutuhan akan rasa ingin tahu
Jadi menurut Dzakiyah, gabungan dari ke-6
kebutuhan tersebut menyebabkan orang memerlukan agama, karena melalui agama
kebutuhan tersebut dapat disalurkan.
d. W.H Thomas
Yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah empat
macam keinginan dasar dalam jiwa manusia, yaitu:
a)
Keinginan untk keselamatan
b)
Keinginan untuk mendapat penghargaan
c)
Keinginan untuk ditanggapi.
d)
Keinginan untuk pengetahuan atau pengalaman
baru.
Didasarkan pada keempat macam keinginan dasar
agama. Melalui ajaran agama yang teratur, maka keempat keinginan keinginan
dasar itu akan tersalurkan
4.
a. unreflective(tidak mendalam)
Dalam penelitian Machion tentang
sejumlah konsep ke-tuhanan apada diri anak 73 pesen mereka menggangap tuhan itu
bersifat seperti manusia.
b. egosentris
Anak memiliki kesadaran akan diri
sendiri sejak tahun pertama usia perkembangannya dan akan berkembang sejalan
dengan petamabahan engalamannya.
c. imitatif
Dalam kehidupan sehari-hari dapat
kita lihat bahwa tindak keaamaan yang dilakukan oleh anak-anak pada dasarnya
siperoleh dari meniru.
5.
Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa
Sikap keberagamaan orang dewasa
memiliki perspektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya.
Selain itu, sikap keberagamaan ini umumnya juga dilandasi oleh pendalaman
pengertian dan perluasan pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya.
Beragama, bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar
ikut-ikutan.
Sejalan dengan tingkat perkembangan
usianya, maka sikap keberagamaan pada orang dewasa antara lain memiliki
cirri-ciri sebagai berikut:
1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang
matang, bukan sekadar ikut-ikutan.
2. Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih
banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan
berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan
tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap
hidup.
5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga
kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga
didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe
kepribadian masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam
menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
8. Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan
kehidupan sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial
keagamaan sudah berkembang.
Sikap Keberagamaan Pada Usia lanjut
Adapun sikap keberagamaan pada usia
lanjut justru mengalami peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami
penurunan.
Berbagai latar belakang yang menjadi
penyebab kecenderungan sikap keagamaan pada manusia usia lanjut ,secara garis
besar ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah:
1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat
kemantapan .
2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima
pendapat keagamaan.
3. Mulai muncul pengakuan terhadap
realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih sungguh-sungguh.
4. Sikap keagamaan cenderung
mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia , serta sifat-sifat
luhur.
5. Timbul rasa takut kepada kematian
yang meningkat sejalan dengan pertanbahan usia lanjutnya
6.
7. sangat
mungkin sekali ada hubungan
Fitrah manusia sebagai makhluk
ciptaan Allah SWT ialah manusia diciptakan mempunyai naluri beragama yaitu
agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka tidak wajar, mereka
tidak beragama tauhid itu hanya karena pengaruh lingkungan, seperti yang ada
dalam QS.Ar Rum:30-31
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pkön=tæ 4 w @Ïö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 Ï9ºs ÚúïÏe$!$# ÞOÍhs)ø9$# ÆÅ3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w tbqßJn=ôèt ÇÌÉÈ
Artinya: Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.
Jadi hubungan agama dengan kesehatan
mental yaitu : agama sebagai terapi kesehatan mental. Hal ini sudah ditunjukkan
secara jelas dalam ayat-ayat Al-Qur’an di antaranya yang membahas tentang
ketenangan dan kebahagian yaitu dalam QS An Nahl :97
ô`tB @ÏJtã $[sÎ=»|¹ `ÏiB @2s ÷rr& 4Ós\Ré& uqèdur Ö`ÏB÷sãB ¼çm¨ZtÍósãZn=sù Zo4quym Zpt6ÍhsÛ ( óOßg¨YtÌôfuZs9ur Nèdtô_r& Ç`|¡ômr'Î/ $tB (#qçR$2 tbqè=yJ÷èt ÇÒÐÈ
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik] dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Hubungan antara agama dan kesehatan mental ini terletak pada sikap
penyerahan diri seseorang terhadap kekuasaan yang maha tinggi sehingga akan
dapat memunculkan perasaan positif pada kesehatan mental seseorang.
8.
0 Comments