soal2 ilmu iwa agama



1.             Bagaimana pandangan anda tentang hubungan antara agama dan pendidikan ? jelaskan secara lengkap, dengan di sertai nalar akademik.
2.             Salah satu metode dalam psikologi agama adalah kuisioner dan wawancara. jelaskan kelebihan dan kelemahan metode tersebut lengkap dengan uraian rasionalnya.
3.             Didalam ilmu jiwa agma ada teori tentang sumber kejiwaan agama yang meliputi : Teori monistik dan Teori fakultik. Jelaskan perbedaan prinsip teori tersebut lengkap dengan pendapat para ahli.
4.             Sebagia sifat keagamaan anak adalah unreflective, egosentris, dan imitatif. Jelaskan masing-masing sifat tersebut lengkap dengan conto-contonya.
5.             Sikap keberagamaan orang dewasa dan usia lanjut hampir pasti mengalami perbedaan. Jelaskan perbedaan sikap keberagaman antara keduanya.
6.             Sikap keberagamaan seseorang ada yang cenderung sehat dan juga cenderung tidak lazim, jelaskan perbedaan sikap keberagamaan yang sehat dan yang tidak sehat lengkap dengan uraian rasionalnya.
7.             Mungkinkah agama berpengaruh positf terhadap kesehatan mental ? jika mungkin jelaskan nalar rasionalnya.
8.             Dalam teori psikologi agama terdapat pandangan bahwa kebudayaan dapat berpengaruh terhadap sikap keagamaan seorang.  Jelaskan pengaruh tersebut atas nilai akademiknya.
9.             Hubungan antar pendidikan dan agama sangat signifikan, jelaskan dimana letak peran pentingnya pendidikan dalam menanamkan rasa keagamaan anak ? jelaskan dari sudut peran pendidikan keluarga, pendidikan kelembagaan, dan pendidikan di masyarakat.
10.         Mengapa seorang dapat mengalami konversi agama ? faktor-faktor apa yang menyebabkan konversi agama ? jelaskan lengkap dengan nalar psikologi.
JAWABAN
1.             Hubungan Agama dengan Pendidikan
Agama mengatur seluruh aspek kehidupan pemeluknya sebagai individu, anggota masyarakat serta lingkungannya. Agama merupakan penghambaan manusia terhadap Tuhannya. Agama bersifat dogmatis, otoriter serta imperatif sehingga setiap pemeluknya harus mentaati aturan, nilai serta norma yang ada di dalammnya. Aturan-aturan tersebut bersifat mengikat dan berfungsi sebagai pedoman bagi pemeluknya untuk mencapai kebahagian yang diidamkannya. Bila aturan tersebut dilanggar maka dampaknya bukan hanya pada individual saja tetapi juga lingkungan sekitar.
Agama dalam konsep-konsep di atas bersifat universal dan sederhana. Konsep-konsep tersebut diharapkan dapat dikenakan kepada semua agama yang dikenal selama ini. Bila konsep-konsep tersebut dipaksakan sama untuk semua agama, maka konsekuensi yang diterima adalah adanya pluralisme agama. Padahal tidak semua agama menyepakati adanya pluralisme.
Bila berbicara tentang agama maka tidak akan pernah lepas dari pendidikan. Agama selalu bersifat pendidikan karena di dalamnya ada transfer ilmu dan pengetahuan yang bersifat dogmatis. Lain halnya bila berbicara tentang pendidikan maka tidak selalu berkaitan dengan agama. Namun dalam proses pendidikan maka pendidikan harus sejalan dengan agama dan saling melengkapi sehingga output yang dihasilkan oleh pendidikan bersifat syamil/menyeluruh/paripurna. Hal ini sesuai dengan Visi Kementrian Pendidikan Nasional tahun 2025 yaitu menghasilkan insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (insan kamil/insan paripurna). Yang dimaksud dengan insan Indonesia Cerdas adalah cerdas komprehensif yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual dan cerdas kinestetis.
Pembentukan manusia yang Cerdas dan Kompetitif tidak semata dilakukan hanya dengan transfer ilmu dan pengetahuan saja tetapi juga penanaman nilai-nilai moral yang sesuai dengan nilai dan norma yang terdapat di dalam agama. Hal ini dilakukan agar output pendidikan yang dihasilkan tidak hanya cerdas secara ilmu dan pengetahuan tetapi juga memiliki akhlak dan moral yang baik. Akhlak dan moral inilah yang menjadi penyeimbang dan penggerak output pendidikan sehingga tidak lepas control dan tidak menjadi sombong dengan hasil yang dicapainya. “Science without religion is blind, and religion without science is lame”. (Albert Einstein)

2.             Wawancara
Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.
Ankur Garg, seorang psikolog menyatakan bahwa wawancara dapat menjadi alat bantu saat dilakukan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat untuk suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang sedang mencari tahu tentang kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.
Kelebihan teknik wawancara:
1. Wawancara memberikan kesempatan kepada pewawancara untuk memotivasi orang yang diwawancarai untuk menjawab dengan bebasa dan terbuka terhadap pertanyaa-pertanyaan yang diajukan.
2. Memungkinkan pewawancara untuk mengembangkan pertanyaanpertanyaan sesuai dengan situasi yang berkembang.
3. Pewawancara dapat menilai kebenaran jawaban yang diberikan dari gerak-gerik dan raut wajah orang yang diwawancarai.
4. Pewawancara dapat menanyakan kegiatan-kegiatan khusus yang tidak selalu terjadi.
Kekurangan teknik wawancara:
1. Proses wawancara membutuhkan waktu yang lama, sehingga secara relatif mahal dibandingkan dengan teknik yang lainnya.
2. Keberhasilan hasil wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara untuk melakukan hubungan antar manusia.
3. Wawancara tidak selalu tepat untuk kondisi-kondisi tenpat yang tertentu, misalnya di lokasi-lokasi yang ribut dan rmai.
4. Wawancara sangat menganggu kerja dari orang yang diwawancarai bila waktu yang dimilikinya sangat terbatas.
KUESIONER
Kuesioner adalah instrumen pengumpulan data atau informasi yang dioperasionalisasikan ke dalam bentuk item atau pertanyaan.Penyusunan kuesioner dilakukan dengan harapan dapat mengetahui variable-variabel apa saja yang menurut responden merupakan hal yang penting . Tujuan penyusunan kuesioner adalah untuk memperbaiki bagian-bagian yang dianggap kurang tepat untuk diterapkan dalam pengambilan data terhadap responden. Yang menjadi dasar pembatasan menentukan variabel-variabel tersebut adalah harus dapat dimengerti dan dirasakan manfaatnya. Kuesioner dapat berfungsi sebagai alat dan sekaligus teknik pengumpulan data yang berisi sederet pertanyaan dalam wujud konkrit.
Penggunaan kuesioner tepat bila :
1. Responden (orang yang merenpons atau menjawab pertanyaan) saling berjauhan.
2. Melibatkan sejumlah orang di dalam proyek sistem, dan berguna bila mengetahui berapa proporsi suatu kelompok tertentu yang menyetujui atau tidak menyetujui suatu fitur khusu dari sistem yang diajukan.
3. Melakukan studi untuk mengetahui sesuatu dan ingin mencari seluruh pendapat sebelum proyek sistem diberi petunjuk-petunjuk tertentu.
4. Ingin yakin bahwa masalah-masalah dalam sistem yang ada bisa diidentifikasi dan dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut.

3.              A. Menurut Teori Monistik
Menurut teori monistik, yang meenjadi sumber kejiwaan agama itu adalah berasal dari satu sumber kejiwaan. Sumber tunggal manakah yang paling dominan sebagai sumber jiwa kjiwaan itu? Terhadap sumber kejiwaan yang dominan itu, dikalangan ahli terjadi perbedaan pendapat:
1. Menurut Thomas van Aquiono
Yang menjadi dasar kejiwaan agama ialah: Berfikir. Manusia bertuhan karenamanusia menggunakan kemampuan berfikirnya. Kehidupan beragama merupakan refleksi dari kehidupan berfikir manusia itu sendiri.
2. Menurut Frederick Hegel
Agama adalah suatu pengalaman yang sungguh-sungguh benar dan tepat kebenaran abadi. Berdasarkankonsep itu maka agama semata-mata merupakan hal-hal atau peroalan yang berhubungan dengan pikiran.
3. Menurut Frederick Schleimacher
Yang menjadi sumber keagamaan adalah rasa ketergantungan yang mutlak. Dengan adanya rasa ketergantugan yang mutlak itu manusia merasakan dirinya lemah. Kelemahan itu menyebabkan manusia selalu menggantungkan hidupnya dengan suatu kekuasaan yang berada diluar dirinya. Dari rasa ketergantungan itulah timbul konsep tentang Tuhan. Rasa tidak berdaya untuk menghilangkan tentangan alam yang selalu dialaminya, lalu timbullah upacara untuk meminta perlindungan kepada kekuasaan yang diyakini dapat melindungi mereka. Itulah realitas dari upacara keagamaan.
4. Menurut Rudolf Otto
Sumber jiwa agama adalah rasa kagum yang berasal dari The Whaly Other (yang sama seklai lain), jika seseorang dipengaruhi oleh rasa kagum terhadap sesuatu yang dianggapnya lain dari yang lain, maka keadaan mental seperti itu oleh Otto disebut “Numinous. Perasaan itulah menurut R. Otto sebagai sumber dari kejiwaan agama manusia.
5. Menurut Sigmund Freud
Unsur kejiwaan yang menjadi sumber keiwaan agama adalah lidido sexual (naluri seksual). Berdasarkan lidibo ini timbulah ide tentang Tuhan dan upacara keagamaan, melalui proses:
a. Oedipus Complex, yaitu mitos Yunani kuno yang menceritakan bahwa karena perasaan cinta kepada ibunya, maka Oedipus membunuh ayahnya. Setelah ayahnya mati timbullah rasa bersalah pada diri sendiri.
b. Father Image (cinta bapak): setelah membunuh bapaknya Oedipus dihantui rada bersalah, lalu timbul rasa penyesalan. Perasaan itu menerbitkan ide untuk membuat suatu cara sebagai penebus kesalahan manusia yang mereka lakukan, mereka memuja alasannya karena dari pemujaan itulah menurut Freud sebagai asal dari upacara keagamaan. Jadi agama muncul dari ilusi manusia.
6. Menurut William Mc Dougall
Menurutnya, tidak ada insting khusus sebagai “sumber jiwa keagamaan”, tetapi dari 14 insting yang ada pada diri manusia, maka agama timbul dari dorongan insting tersebut secara terintegrasi.
B.  Menurut Teori Fakulti / Faculty Theori
a. G.M. Straton
Menurut Straton, yang menjadi sumber jiwa keagamaan adalah adanya konflik dalam kejiwaan manusia. Konflik itu disebabkan oleh keadaan-keadaan yang berlawanan seperti: baik-buruk, moral-imoral, kepastian-kepasipan, rasa rendah diri-rasa harga diri. Dikotomi-dikotomi itu (serba dua) termasuk yang menimbulkan rasa agama dalam diri manusia. Hal ini dikarenakan jika konflik itu sudah begitu mencekam manusia dan mempengaruhi kejiwaannya, maka manusia akan mencari pertolongan kepada kekuasaan Tuhan.
b. W.H. Clark
Berdasarkan pendapat Freud tentang keinginan dasar manusia, yaitu:
1.      Life-urge: keinginan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dari keadaan yang terdahulu agar terus berlanjut.
2.      Death-urge: keinginan untuk kembali kekeadaan semua sebagai benda mati. Jadi menurut Clark, ekspresi dari pertentangan antara Death-urge dan life-urge merupakan sumber kejiwaan agama dalam diri manusia.
c. Dzakiah Darajat
Menurut Dzakiyah, manusia memiliki 6 kebutuhan:
1.          Kebutuhan akan rasa kasih sayang.
2.          Kebutuhan akan rasa aman.
3.          Kebutuhan akan harga diri.
4.          Kebutuhan akan rasa bebas
5.          Kebutuhan akan rasa sukses
6.          Kebutuhan akan rasa ingin tahu
Jadi menurut Dzakiyah, gabungan dari ke-6 kebutuhan tersebut menyebabkan orang memerlukan agama, karena melalui agama kebutuhan tersebut dapat disalurkan.
d. W.H Thomas
Yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah empat macam keinginan dasar dalam jiwa manusia, yaitu:
a)          Keinginan untk keselamatan
b)          Keinginan untuk mendapat penghargaan
c)          Keinginan untuk ditanggapi.
d)         Keinginan untuk pengetahuan atau pengalaman baru.
Didasarkan pada keempat macam keinginan dasar agama. Melalui ajaran agama yang teratur, maka keempat keinginan keinginan dasar itu akan tersalurkan 

4.           a. unreflective(tidak mendalam)
Dalam penelitian Machion tentang sejumlah konsep ke-tuhanan apada diri anak 73 pesen mereka menggangap tuhan itu bersifat seperti manusia.
b. egosentris
Anak memiliki kesadaran akan diri sendiri sejak tahun pertama usia perkembangannya dan akan berkembang sejalan dengan petamabahan engalamannya.
c. imitatif
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat bahwa tindak keaamaan yang dilakukan oleh anak-anak pada dasarnya siperoleh dari meniru.
5.           Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa
Sikap keberagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu, sikap keberagamaan ini umumnya juga dilandasi oleh pendalaman pengertian dan perluasan pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama, bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan pada orang dewasa antara lain memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekadar ikut-ikutan.
2. Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
8. Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah berkembang.
Sikap Keberagamaan Pada Usia lanjut
Adapun sikap keberagamaan pada usia lanjut justru mengalami peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami penurunan.
Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap keagamaan pada manusia usia lanjut ,secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah:
1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan .
2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih sungguh-sungguh.
4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia , serta sifat-sifat luhur.
5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan pertanbahan usia lanjutnya
6.
7. sangat mungkin sekali ada hubungan
Fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT ialah manusia diciptakan mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka tidak wajar, mereka tidak beragama tauhid itu hanya karena pengaruh lingkungan, seperti yang ada dalam QS.Ar Rum:30-31
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pköŽn=tæ 4 Ÿw Ÿ@ƒÏö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 šÏ9ºsŒ ÚúïÏe$!$# ÞOÍhŠs)ø9$#  ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÉÈ 
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.  
Jadi hubungan agama dengan kesehatan mental yaitu : agama sebagai terapi kesehatan mental. Hal ini sudah ditunjukkan secara jelas dalam ayat-ayat Al-Qur’an di antaranya yang membahas tentang ketenangan dan kebahagian yaitu dalam QS An Nahl :97
ô`tB Ÿ@ÏJtã $[sÎ=»|¹ `ÏiB @Ÿ2sŒ ÷rr& 4Ós\Ré& uqèdur Ö`ÏB÷sãB ¼çm¨ZtÍósãZn=sù Zo4quym Zpt6ÍhŠsÛ ( óOßg¨YtƒÌôfuZs9ur Nèdtô_r& Ç`|¡ômr'Î/ $tB (#qçR$Ÿ2 tbqè=yJ÷ètƒ ÇÒÐÈ  

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik] dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Hubungan antara agama dan kesehatan mental ini terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap kekuasaan yang maha tinggi sehingga akan dapat  memunculkan perasaan positif pada kesehatan mental seseorang.
8.       











Post a Comment

0 Comments